NATO, KOALISI MILITER UNTUK KEPENTINGAN HEGEMONI AMERIKA
NATO, KOALISI MILITER UNTUK KEPENTINGAN HEGEMONI AMERIKA
Oleh : Ahmad Khozinudin ( Sastrawan Politik )
Jakarta, 1 Oktober 2024
Pada mulanya, NATO dibentuk untuk mengimbangi aliansi militer Pakta Warsawa yang dipimpin Uni Soviet. Namun, pasca Uni Soviet runtuh, Amerika tetap mempertahankan NATO sebagai sarana intervensi militer terhadap dunia, untuk mengokohkan hegemoninya.
Jika Amerika jujur membentuk NATO untuk mengimbangi Pakta Warsawa, tentu NATO akan turut dibubarkan seiring bubarnya Uni Soviet. Sebagai Negara adidaya yang mengambil alih peran kontrol dunia dari Inggris, Amerika memanfaatkan NATO untuk mengokohkan hegemoninya, untuk merealisir tujuan imperialisme Amerika sebagai negara penganut ideologi Kapitalisme.
Perang Ukraina bukanlah perang Rusia vs Ukraina saja. Perang ini, adalah perang antara hegemoni Amerika melawan Rusia.
Visi politik Rusia yang ingin melakukan unifikasi negara-negara eks Soviet, mengharuskan Ukraina sebagai bagian dari benteng pertahanan terluar Rusia. Menyerahkan Ukraina bergabung dengan NATO, sama saja menyerahkan halaman depan Rusia untuk Amerika.
Rusia ingin mengembalikan kejayaan Soviet, yang pernah memaksa Amerika untuk mengambil kebijakan politik bipolar, berbagai kepentingan dunia bersama Uni Soviet. Sejak Soviet runtuh, Amerika meninggalkan kebijakan politik bipolar dan sepenuhnya mengambil alih kendali dunia sendiri dengan politik unipolarnya.
Untuk merealisir visi atas dunia, Amerika mewajibkan dirinya untuk mengambil kendali atas Ukraina melalui NATO, untuk mengokohkan hegemoni politik dan kepentingan ekonomi, melalui perluasan neo imperialisme kapitalisme Amerika ke kawasan, dengan memastikan menguasai sumber bahan baku, rantai pasok, hingga market ekonomi untuk melayani kerakusan Amerika. Ada bahan baku, market dan rantai pasok yang strategis yang ingin dikendalikan Amerika di wilayah ini, yakni sektor Pangan & Energi.
Cara paling halus untuk mewujudkan tujuannya, adalah dengan dalih menjaga keamanan dunia melalui NATO. Amerika, meski berbeda kepentingan politik dengan inggris dan Perancis, namun dalam isu membendung pengaruh Rusia dan perluasan imperialisme global, tiga negara pemilik nuklir ini memiliki kepentingan yang sama.
Mulanya, Amerika membuat instabilitas kawasan dengan mengompori Ukraina bergabung dengan NATO. Padahal, selama ini hubungan Rusia – Ukraina telah lama berjalan mesra. Isu bergabung dengan NATO inilah, yang memicu konflik Ukraina dengan Rusia.
NATO bukan sekedar aliansi militer, yang akan membela keamanan seluruh anggotanya, dengan doktrin ‘menyerang satu negara anggota berarti menyerang seluruh negara anggota’. NATO hari ini dan sejak sebelumnya, juga merupakan aliansi politik dimana Amerika adalah negara yang paling banyak mengambil untung dengan memanfaatkan entitas NATO.
Bantuan NATO kepada Ukraina, adalah bukti adanya perluasan doktrin pertahanan NATO yang tidak hanya membela negara anggota. Meskipun Ukraina belum menjadi negara anggota, dan baru mengajukan permohonan bergabung dengan NATO yang memicu Rusia berang, namun bantuan militer NATO kepada Ukraina sudah seperti menjalankan doktrin perang NATO terhadap negara anggota.
Karena itulah, akhirnya Rusia juga memperluas doktrin penggunaan senjata nuklirnya, yang sebelumnya hanya digunakan untuk melawan negara bersenjata nuklir, namun saat ini diperluas untuk melawan negara yang mendapat bantuan perang dari negara yang memiliki senjata nuklir. Bantuan militer NATO dari Inggris, Perancis dan Amerika kepada Ukraina yang notabene ketiganya memiliki senjata nuklir, menjadi dasar legitimasi Rusia untuk mengaktivasi protokol penggunaan senjata nuklir berdasarkan doktrin nuklir terbaru.
Jadi, kalau Amerika bilang akan menjaga keamanan dan ketertiban dunia, memelihara perdamaian, itu bohong. Amerika hanya akan menjaga dan memelihara kepentingan imperialismenya, dan NATO hanya salah satu alat untuk mewujudkan imperialisme Amerika.