Pilkada Jakarta 2024?, Advokat Juju Purwantoro : “AMAN Masih Belum Aman”
Pilkada Jakarta 2024?, Advokat Juju Purwantoro : “AMAN Masih Belum Aman”
Oleh : Advokat Juju Purwantoro (Presidium Forum AKSI (Alumni Kampus Seluruh Indonesia)
Jakarta, 5 Agustus 2024.
“Mengharapkan burung terbang tinggi, punai ditangan dilepaskan”,Pesan moral yang terkandung adalah “Jangan melepaskan yang sudah dimiliki, hanya karena mengharapkan sesuatu yang sebatas impian.”
Perihal Anies Baswedan sebagai bakal Cagub Jakarta, secara formal baru dicalonkan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Guna melengkapi ‘presidential threshold’ 20 persen, PKS masih perlu menggandeng PKB atau Nasdem. Sementara PKB dan Nasdem sampai saat ini belum menyatakan (deklarasi) dukungannya kepada Anies secara formal.
Sementara itu hasil survey terbaru Indikator Politik dan Litbang Kompas, Anies masih berada di ranking teratas survey dengan elektabilitas diatas 40 persen.
Jelang pendaftaran cagub Jakarta, konstalasi politik saat ini tampaknya ada guncangan dan suara-suara miring dari parpol rezim penguasa. Hal itu ditandai dengan ditiupkannya wacana Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus, yang digawangi oleh Golkar dan Gerindra.
Disinyalir ada upaya (invisible Hand) dan ‘politic games’ para pihak yang berkepentingan secara sistemik untuk mencegah dan menggagalkan Anies maju sebagai cagub Jakarta. Hal itu dikarenakan jika Anies ikut kontestasi pilgub, kemungkinan besar dia akan menang dengan mudah. Oleh karenanya, Anies oleh KIM harus dijadikan musuh bersama yang harus dikalahkan
Satu partai lagi yang dimungkinkan dukung Anies adalah PDIP, karena mereka harus berpartner selain parpol dari KIM. Tentu untuk menggandeng PDIP masih perlu upaya mengharmonikan visi dan misi antara PKS dan PDIP. Sejak awal walau DPD PDIP Jakarta telah menyatakan dukungannya kepada Anies, tapi demi kepentingan dan soliditas politik bersama masih diperlukan komunikasi dengan PKS secara intens. Hal itu penting, guna mengurangi ketegangan politik dan gesekan ideologi untuk kemenangan bersama.
Salah satu strategi menjegal Anies yang cukup ampuh, adalah dengan menyasar partai-partai yang potensi akan mengusung Anies. Misalnya issue korupsi terhadap kader-kader dari Nasdem dan PKB tentang bagaimana menyingkirkan Muhaimin dari jabatan internal sebagai Ketum parpolnya, maupun Sekjend PDIP Hasto Kristiyanto yang jauga sudah mulai dikorak korek oleh KPK.
Persoalan utama lainnya adalah penentuan Cawagub, dimana PKS sudah menentukan sikapnya akan mengusung Sohibul Iman, disingkat ‘AMAN’. Nasdem dan PKB walaupun katanya menyerahkan Cawagub sepenuhnya kepada Anies, tampaknya masih belum aman dari godaan dan rayuan agar mereka bergabung dengan KIM Plus. Jika skenario itu terjadi, tersisa kendaraan bagi Anies hanya tinggal PKS dan PDIP. Itupun kalo PKS tidak ketularan ikut nyebur ke KIM Plus seperti pada kasus Boby Nasution sebagai Cagub Sumut. Pada akhirnya akankah warga Jakarta dikorbankan lagi mayoritas aspirasi pilihan pemimpin kotanya seperti era pilpres 2024.