“JOKOWI LAYAKNYA MASUK BUI, BUKAN JADI SEKJEN PBB”
“JOKOWI LAYAKNYA MASUK BUI, BUKAN JADI SEKJEN PBB”
Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Bandung, 18 Mei 2024
Menganggap Usia Jokowi masih terlalu muda untuk Pensiun, Projo mengusulkan Jokowi jadi Sekjen PBB.
Keinginan setinggi langit boleh-boleh saja, tapi apa yang diinginkan harus sesuai dengan realita, kapasitas, dan mampu mengukur seberapa besar prosentase peluang agar keinginan itu bukan sekedar khayalan atau lamunan.
Bukan saja Jokowi tidak pernah hadir di Sidang Umum PBB, tapi citra Jokowi sangat buruk baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.
Lagian, untuk dipilih sebagai sekjen PBB, seorang kandidat harus memperoleh suara dari setidaknya sembilan anggota Dewan Keamanan PBB, tanpa hak veto dari anggota tetap. Kemudian, pemilihan sekjen ditunjuk berdasarkan suara mayoritas Majelis Umum PBB.
Jadi keinginan untuk jadi Sekjen PBB hanya mimpi di siang bolong.
Di dalam negeri citra Jokowi sudah sangat hancur, kecuali terlihat baik di hadapan para pemuja dan penjilatnya.
Kejahatan Jokowi sudah sangat sempurna sehingga celah untuk membangun masa depan yang konstruktif sangat sulit.
Di dalam negeri semua tatanan hidup bernegara telah dihancurkan Jokowi, mulai dari;
Pertama, Kedaulatan negara telah dijual ke China.
Kedua, Demokrasi telah dihancurkan dengan membangun politik dinasti.
Ketiga, Ekonomi makro relatif tumbuh tapi ekonomi mikro hancur lebur.
Keempat, Ideologi Pancasila diacak-acak dengan menyusupkan ideologi komunis (PKI gaya baru).
Kelima, Kekayaan alam diserahkan kepada Aseng dan Asing, rakyat terus diperas dengan berbagai pungutan dan naiknya harga kebutuhan hidup sehari-hari (BBM, TDL, sembako, kebutuhan rumah tangga, pendidikan, kesehatan, dll).
Keenam,Korupsi meraja lela tapi tidak ditangani serius selain kepada lawan politik dan korupsi kelas teri, kalau korupsi dari pihak rezim tidak tersentuh sama sekali (terutama keluarga Presiden, Para menteri, para pejabat tinggi, dan korupsi di semua lembaga).
Ketujuh, TNI dibuat lumpuh, sedang Polri diberi kewenangan super istimewa sehingga Polisi telah jadi alat penguasa, bukan lagi sebagai pengayom rakyat.
Kedelapan,Undang-undang dan konstitusi dikebiri, hukum dipermainkan, moral dan etika diinjak-injak.
Kesembilan,WNA China dijadikan majikan sedangkan rakyat Asli Indonesia dijadikan budak-budak tanpa rasa peri kemanusiaan.
Kesepuluh,Persatuan bangsa dipecah belah, terus dilakukan politik adu domba sesama anak bangsa.
Kesebelas, Jokowi diduga sebagai aktor utama terbunuhnya 894 petugas KPPS, 6 Laskar FPI, Para ulama dan ustadz garis lurus (Syekh Jabir, Tengku Zulkarnaen, Maher At-Tuwailibi, dll) serta sekitar 131 suporter di Stadion Kanjuruhan.
Jokowi dengan ijazah yang hampir dipastikan palsu dan silsilah keluarga yang dirahasiakan yang diduga ada kaitannya dengan PKI, telah memerintah Indonesia dengan otoriter, kejam, dan “berlumuran darah”. Di balik wajahnya yang “culun”, ndeso, dan merakyat, tapi jiwanya sangat bengis dan super tega.
Mungkin balasan yang set.impal bagi seorang Jokowi bukan penjara, tapi hukuman mati biar tidak menular ke generasi berikutnya.
Semoga keadilan bisa segera ditegakkan di dunia ini sebelum hukuman akhirat yang sangat pedih.