OpiniPeristiwa

Daryono BMKG : Gempa Bawean M5,9 & M6,5 Pada 22 Maret 2024, Bukti Bahwa Jalur Sesar Di Laut Jawa Masih Aktif

Daryono BMKG : Gempa Bawean M5,9 & M6,5 Pada 22 Maret 2024, Bukti Bahwa Jalur Sesar Di Laut Jawa Masih Aktif

Daryono BMKG : Gempa Bawean M5,9 & M6,5 Pada 22 Maret 2024, Bukti Bahwa Jalur Sesar Di Laut Jawa Masih Aktif

 

Jakarta, 23 Maret 2024

 

Sebagaimana diberitakan ,bahwa Hari Jumat (22/3/2024) wilayah Laut Jawa diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M6,5. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 5,92° LS ; 112,35° BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 114 Km arah Timur Laut Tuban, Jawa Timur pada kedalaman 12 km. Kata Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Dr.Daryono, S.Si., M.Si. ,melalui keterangan tertulisnya sebagaimana yang diterima redaksi persuasi.id pada Hari Jum’at (22/3/2024) jam 16:49 WIB.

Gempa Bumi Susulan,Gempa bumi ini merupakan bagian rangkaian gempa bumi Laut Jawa M6,0 yang terjadi pada pukul 11:22:45 WIB.

 

GEMPA BUMI TEKTONIK KEMBALI TERJADI DENGAN KEKUATAN M6,5 DI LAUT JAWA, TIDAK BERPOTENSI TSUNAMI

 

 

Lalu apa penyebab gempa Bawean?.

 

Pembangkit Gempa Bawean M5,9 & M6,5 pada 22 Maret 2024 diduga Sesar Muria (Laut) menurut Peter Lunt (2019). Wilayah Pulau Bawean dan sekitarnya berada pada zona suture yang mengindikasikan jejak keberadaan sesar-sesar utama yang berusia tua.

Gempa Bawean M5,9 & 6,5 pada 22 Maret 2024 menjadi bukti bahwa jalur sesar di Laut Jawa masih aktif, sekaligus menjadi pengingat kita agar selalu waspada terhadap keberadaan sesar aktif dasar laut yang jalurnya dekat pulau berpenduduk, karena gempa dapat terjadi dan berulang kapan saja, kata Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Dr. Daryono, S.Si., M.Si , melalui akun Twitter miliknya DaryonoBMKG sebagaimana dikutip redaksi persuasi.id pada hari ini Sabtu (23/3/2024)

Dia melanjutkan, Sebagian contoh rangkaian sejarah gempa merusak di Jatim Utara dan estimasi kekuatannya. Pelajaran yang dapat kita ambil: bahwa ancaman gempa tidak hanya berasal dari selatan (subduksi lempeng/megathrust) tetapi juga dari sesar aktif di daratan dan di laut utara Jatim.

 

Daryono menuturkan, Gempa Bawean M 5,9 dan M 6,5 menyakinkan kita bahwa “generator gempa” di Jawa Timur tidak saja bersumber dari zona subduksi lempeng/megathust di Samudra Hindia dan sesar-sesar aktif di daratan,tetapi juga dari laut Jawa Utara Timur,ungkap Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG tersebut.

Berdasarkan kondisi tektonik, sejarah gempa,dan aktivitas gempa terkini,menunjukan bahwa wilayah laut jawa utara jawa timur merupakan kawasan rawan gempa. Mengingat aktivitas gempa memiliki periode ulang,maka gempa yang pernah terjadi pada masa lalu baik di laut Jawa Utara Jawa Timur sangat mungkin dapat terjadi lagi di masa yang akan datang, tutur Daryono.

 

Mitigasi struktural yaitu upaya membangun bangunan tahan gempa dengan struktur kuat dan mitigasi non struktural dengan melakukan edukasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat harus terus ditingkatkan secara berkelanjutan,ujar pria kelahiran Semarang 21 februari 1971 itu.

 

Mengapa Gempa Bawean banyak gempa susulan?.

 

Gempa Bawean banyak susulannya karena karakter gempa kerak dangkal Bawean terjadi di batuan kerak permukaan yang batuannya heterogen sehingga rapuh mudah patah, berbeda dengan gempa kerak samudra yang batuan homogen-elastik miskin gempa susulan. Gempa Bawean banyak susulannya karena karakter gempa kerak dangkal terjadi di batuan kerak permukaan yang batuannya heterogen sehingga cenderung rapuh (brittle) mudah patah, berbeda dengan gempa kerak samudra yang batuan homogen-elastik (ductile) miskin gempa susulan bahkan tanpa susulan, tutur Daryono.

 

 

 

Mengapa “gempa susulan” bisa memiliki magnitudo lebih besar?

 

Dalam bidang sesar/patahan yang sudah terakumulasi stress maksimum (matang), maka deformasi paling awal (first break) terjadi pada batuan paling lemah. Sementara dalam bidang sesar terdapat sebaran asperities (bakal slip/geser). Asperities batuan paling lemah, akan patah duluan sebagai “GEMPA PEMBUKA”. Deformasi ini akan meningkatkan tekanan pada bidang lain, memicu deformasi makin banyak menyebar hingga menyentuh asperities utama yang membangkitkan gempa lebih besar atau GEMPA UTAMA. Analoginya mirip saat kita mematahkan penggaris kayu, dengan cara melengkungkan dan menekuk penggaris kemudian terjadi retakan-retakan kecil kemudian makin banyak berbunyi kretek, kretek, kretek (GEMPA-GEMPA KECIL) disusul “Crakkkk” (GEMPA UTAMA) paling besar.

 

 

Gempa susulan sesuatu yang lazim terjadi pasca gempa kuat, bukan untuk ditakuti. Banyaknya gempa susulan hanya sekedar gambaran kondisi batuan yang rapuh mudah deformasi. Gempa susulan yg banyak justru dapat memberi informasi peluruhan sehingga kita jadi tahu aktivitas gempa akan sehingga berakhir,pungkasnya, pungkas dia.

Sementara itu, Hasil monitoring Gempa Bawean oleh BMKG hingga Sabtu (23/3/2024) pukul 19:00 WIB tercatat sebanyak 188 kali gempa.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button