“POLITIK GENTONG BABI (PORK BARREL) JOKOWI”
Oleh : Hilmi Ash Shidiqi ( Koordinator Pusat BEM SI Rakyat Bangkit )
Jakarta, 2 Febuari 2024
Dalam kajian politik ada suatu istilah politik gentong babi (pork barrel politic). Istilah ini dipakai untuk menggambarkan peristiwa politik dimana distribusi sumber daya seperti anggaran dalam bentuk hibah atau bansos kepada konstituen oleh elit. Biasanya politik gentong babi lebih menggunakan kebijakan-kebijakan populis yang justru seringkali malah mengabaikan azas manfaat dari suatu kebijakan. Dengan adanya progam populis tersebut, penguasa dapat menanamkan romantisme dan jejaring politik secara efektif dan efisien kepada masyarakat.
Di masa kampanye Pemilu
2024 kali ini, Jokowi mengkucurkan Rp 11 Triliun Bansos. Bansos sebagai praktik politik gentong babi menimbulkan suatu efek personalisasi terhadap public goods. Seolah-olah Jokowi merupaka ratu adil yang benar benar memperhatikan kebutuhan rakyat. Padahal dibalik bansos ada kepenting politis untuk menjaga loyalitas dan eksistensi Jokowi.
Jelas sekali yang diuntungkan atas praktik ini adalah pihak petahana yang memiliki akses dan otoritas untuk mengelola sumber daya publik. Rakyat sadar betul siapa yang menjadi boneka kayu pihak petahana.
Jokowi tidak hanya Presiden tetapi bekingan dan juru selamat. Last minute Pemilu, rakyat semakin bisa melihat jelas bahwa Jokowi melahirkan kebijakan yang tidak sepenuhnya berangkat dari public interest akan tetapi lebih berupa menghadirkan untuk kepentingan elektabilitas penerusnya. Akhirnya rakyat bisa berpikir dan menyimpulkan bahwa Jokowi tidak hanya jadi Presiden tetapi jadi bekingan dan juru selamat.
Seharusnya Jokowi beserta menteri-menterinya yang ingin terlibat dalam kontestasi Pemilu 2024 berhenti bermain babi dalam gentong dengan mundur dari jabatannya sehingga dengan begitu otoritas dan wewenang sebagai pejabat publik tidak dipakai untuk kepentingan elektabilitas kontestasi politik.