Opini

“Saling Stressing dan Steering Antara Istana dan Megawati”

"Saling Stressing dan Steering Antara Istana dan Megawati"

“Saling Stressing dan Steering Antara Istana dan Megawati”

 

Oleh : Damai Hari Lubis (Ketua Aliansi Anak Bangsa)

 

Jakarta, 17 Agustus 2023

 

Sontak, ketika Airlangga Hartarto dipanggil oleh Kejagung RI, publik menengarai, hal ini merupakan gejala sinyal negatif untuk Mega dan Puan, yang operatornya berasal dari istana.

Publik punya alasan, hal ini implikasi dari Airlangga yang pernah mencoba diskursus politik dengan pola merapat ke Anies Baswedan, dan keyakinan publik bertambah, ketika Airlangga kembali nempel kepada Prabowo, lalu berita hasil penyidikan 12 jam oleh Kejagung pun sirna.

Kemudian teranyar, 15 Agustus, Ismail Thomas anggota legislatif fraksi PDIP Komisi 1 ditangkap Kejagung karena dugaan korup. Maka publik menengarai, lagi – lagi istana mengirim Red bip, agar paksa Mega “menyerah”, karena sinyal merah diduga bisa membias ke arah Puan, dan Ganjar, dampak kasus e KTP, dan inklud menyasar ke menantu Mega, terkait “cerita” korup BTS.

Sebegitunyakah, penghuni istana kepada Mega, ibarat anak ayam lupa setelah dibesarkan bebek selaku yang mengeraminya ?

Tidak mustahil, “Red bip kepada Mega,” bangkitkan berangnya para senioren partai berlogo banteng kepada pihak pengendali istana, yakni Jokowi, lalu pasang strategi handal agar Jokowi kembali ke kandang, lalu saling stressing ( menekan ) yang semata – mata sebagai steering ( kemudikan ) kepada kawan juga lawan politik.

Maka naga-naganya, masing-masing elite politik sudah saling stressing demi steering, karena nampak ada sounding cukup keras dilayangkan Hasto yang ingatkan peristiwa Kudatuli.

“Bahwa DPP PDI Perjuangan akan membentuk tim hukum untuk membuka kembali dokumen autentik yang membuktikan adanya pelanggaran HAM berat.”

Terkait stressing Hasto, jelas identik sebagai Red bip, karena yang tersandung Kudatuli, adalah Prabowo, karib istana saat ini, atau kah justru semuanya adalah steering istana kepada Prabowo, antisipasi agar tidak tinggalkan dirinya, dikalahkan dibutuhkan? bahkan rumornya istana siap hibahkan Gibran setelah lolos dan lulus dari Mahkamah Konstitusi, untuk bersanding dengan Prabowo.

Politik memang bias, selalu ke kiri atau kekanan, jarang yang tetap berdiri ditengah sampai injure time mendekati jelang pendaftaran pasangan Capres – Cawapres di KPU ditutup, maka hal – hal yang muskil dan mengejutkan publik bisa saja terjadi, tak tertutup kemungkinan, jika Gibran akhirnya disumbangkan Jokowi untuk dampingi Ganjar. Tentunya pemirsa harap sabar, wait and see apakah Jokowi akan tetap serumah dengan Prabowo, atau kembali ke gerbong ideologis nya sesama wong cilik.

Lalu Cak Imin dan Zulhas kemana ? Mereka tentu mengikuti kemana Jokowi berlabuh, tidak mau beresiko mirip Airlangga yang langsung terkena sengatan listrik ? Terlebih publik mengetahui para intelektual sekalipun “para pemilik partai” ada kalung jerat leher, yang tali kekangnya milik orang istana, tepatnya berada ditangan Jokowi.

Sekali lagi penonton memang harus bersabar menunggu

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button