Opini

“RAKYAT BERTANYA KAPAN PEOPLE POWER?”

"RAKYAT BERTANYA KAPAN PEOPLE POWER?"

“RAKYAT BERTANYA KAPAN PEOPLE POWER?”

 

Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H. (Advokat)

 

Solo, 11 Juni 2023

[Catatan Pengantar Jelang Perayaan Hari Ulang Tahun Mega Bintang ke-26]

Kenapa rakyat bertanya? Kenapa tidak langsung bertindak? Kenapa pula bertanya tentang people power? Kenapa tidak bicara siapa Capres yang didukung? Kalau Pilpres tidak terjadi, bukankah itu menguntungkan rezim Jokowi? Tidak kah sebaiknya kita mengikuti proses Pemilu saja?

Beberapa pertanyaan diatas mungkin saja menghinggapi benak pembaca. Kalau ditanya, kenapa temanya ‘rakyat harus bertanya kapan people power?’ Tentu saja, penulis tak dapat menjawabnya secara pasti. Panitia hari ulang tahun Mega Bintang ke-26 lah, yang paling memahami latar belakang tema yang telah ditetapkan.

Hanya saja, sebagai salah satu Narasumber yang diundang dalam acara tersebut yang akan diselenggarakan Ahad hari ini (11/6), rasanya penulis juga ingin menyampaikan pendapat, ide, pikiran dan pandangan-pandangan atas realitas politik yang terjadi di negeri ini.

Penulis awali dengan gerakan People Power, apakah kontraproduktif dengan cita perubahan melalui Pemilu, khususnya bagi mereka yang menginginkan perubahan melalui capres yang mereka dukung. Isu people power dianggap akan melegitimasi rencana tunda Pemilu yang sebelumnya telah aktif digaungkan oleh rezim Jokowi.

Sebenarnya, yang harus disadari adalah bahwa Pemilu dan Pilpres akan diselenggarakan sesuai desain dan kehendak oligarki. Rakyat hanya diperlakukan seperti kerbau yang dicucuk hidungnya menuju TPS, memilih calon presiden yang telah ditetapkan oligarki.

Nama yang dikehendaki rakyat sebagai capres yang akan mengusung perubahan, belum tentu akan lolos. Kalau kita fokus satu jalan, sementara jalan itu ditutup, lalu kita tidak merintis jalan lain, bukankah itu sama saja bunuh diri politik?

Isu kecurangan Pemilu, Capres hanya dua pasangan, Pemilu proporsional tertutup, Penjegalan Capres tertentu, itu semua mengkonfirmasi jalan perubahan melalui Pemilu atau Pilpres tidak dapat menjamin corak perubahan sama dengan yang diinginkan rakyat. Boleh jadi, desain perubahan telah disiapkan oleh oligarki, sementara rakyat hanya diminta nyoblos ke TPS untuk melegitimasi Capres yang dipersiapkan oligarki.

Bagi oligarki, tak penting siap Capresnya. Yang penting, mengabdi pada kepentingan mereka, mengabdi pada kapitalisme liberalisme.

Nah, situasi itulah yang membuat tema hari ulang tahun Mega Bintang ke-26 di Surakarta hari ini (Ahad, 11/6) menjadi sangat relevan. Rakyat bertanya kapan people? Boleh jadi, setelah acara rakyat kemudian menuntut Ayo segerakan people power!

Tapi dalam diskusi hari ini, sebagai salah satu Nara sumber acara, penulis hanya ingin menyampaikan perspektif, ide dan pendapat soal people power ini. Kita semua, ingin bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Dan biasanya, perubahan peradaban yang besar dari suatu bangsa keluar dari situasi yang besar. Bukan dari Pemilu.

Era keemasan Soviet, lahir bukan karena Pemilu. Restorasi jepang, muncul setelah jepang di bombardir Amerika. Keberhasilan Rasulullah Saw mendirikan kekuasaan di Madinah, ditempuh melalui jalan dakwah.

So…

Banyak jalan menuju Roma. Banyak jalan menuju perubahan. Rakyat bertanya, Kapan People Power?.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button