Salut Dukung Syahganda Mundur Dari KAMI Konsisten Dukung Anies Tolak Politik Netral
Salut Dukung Syahganda Mundur Dari KAMI Konsisten Dukung Anies Tolak Politik Netral
Salut Dukung Syahganda Mundur Dari KAMI Konsisten Dukung Anies Tolak Politik Netral
Oleh : Damai Hari Lubis (Pengamat Hukum & Politik Mujahid 212)
Jakarta, 9 Mei 2023
Beredar kabar Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia/ KAMI ambil sikap politik Netral terkait pilihan bakal calon Presiden saat Pemilu Pilpres 2024, ” sehingga rekan aktivis pro nalar sehat, ” nyatakan diri keluar dari KAMI.
Bagaimana bisa netral dalam suasana memilih seorang bakal pemimpin sebuah bangsa dan negara ? Walau para calon pemimpin atau bakal presiden yang ada, memiliki plus minus, atau sekalipun tidak ada yang ideal. Selain dalam dunia politik tidak dikenal kata netral, karena makna netral dapat dianalogikan sebagai bentuk antipati.
Terlebih jika dibuat ilustrasi atau hal yang dapat digambarkan oleh adanya temuan publik sesuai data empirik, ada dua orang atau tiga orang bakal Capres 2024 – 2029 yang akan dimajukan oleh masing – masing kelompok koalisi partai, demi untuk memimpin negara atau kepala pemerintahan, dan nyata diantara calon – calon dimaksud, justru ada 2 ( dua ) orang individu yang berjanji dan atau diminta melanjutkan gaya kepemimpinan yang tidak berkualitas, karena begitu banyaknya hasil dari praktik yang berasal dari sistim tata kelola dan atau manajerial kepemimpinan di era pemerintahan Jokowi menggunakan pola yang tidak jelas, dan tidak cakap, berdampak kandasnya wibawa Jokowi sebagai seorang Presiden RI. Selain banyak dusta dan puluhan janji bohong atau janji yang tidak Jokowi ditepati, didapati beberapa individu pejabat penyelenggara tinggi negara terpapar korupsi, utang negara bertumpuk, selebihnya beberapa diskresi atau kebijakan politik yang diterbitkan overlap atau sungsang antara satu dengan yang lainnya. Pola kebijakan ekonomi, hukum politik, adab & moralitas didalam kepemimpinannya nampak bergaya suka – suka ( abnormal ), serta transparansi banyaknya aparat memperalat kursi kekuasaan atau jabatan yang dimiliki, sebagai alat politik dan hukum.
Selainnya, ada sosok pilihan yaitu Anies Baswedan, eks Gubernur DKI. Jakarta, seorang yang cakap, kredibel ( profesional & proporsional ) serta akuntabel. Sosok ideal untuk dijadikan seorang pemimpin, selain kepribadian Anies Baswedan memiliki leadership ( jiwa kepemimpinan ) juga disertai track record yang nyata dalam bentuk beberapa prestasi dengan bukti banyaknya karya yang dihasilkan saat menjadi Gubernur DKI. Jakarta, prestasinya selain diakui ditingkat nasional juga berskala internasional.
Maka terhadap fenomena daripada dinamika politik yang ada, serta mengingat pentingnya proses suksesi kepemimpinan nasional 2024 – 2029. Melalui ajang pesta demokrasi Pemilu Pilpres.
Sehingga jika ada kelompok yang tidak mau berpartisipasi, tidak mau berpihak kepada siapapun, termasuk enggan mendukung dan memilih sosok bakal Presiden RI. Di Pemilu Pilpres 2024. Atau netral seperti garis politik yang dinyatakan kelompok KAMI, “pantas, bagi mereka jika dianalogikan dengan julukan sebagai banci. Sebuah perumpamaan status yang bukan lelaki juga bukan perempuan”, karena tidak mau ikut memilih bakal calon pemimpin bangsa dan negaranya, melainkan tidak perduli apapun yang akan terjadi.
Bayangkan andai penguasa baru yang duduk di kursi RI. 1. Salah seorang pengikut atau simpatisan pemimpin yang nota bene gagal, lalu dirinya komitmen melanjutkan ” kegagalan, “, lalu menambah beban utang negara, yang subtansial atau inti sebenarnya merupakan beban utang daripada seluruh anak bangsa secara Lintas SARA.
Maka, alasan mundurnya Syahganda Nainggolan dari KAMI adalah sudah tepat, oleh sebab KAMI menyatakan akan mengambil langkah netral dalam popres 2024, maka ” patut dianalogikan sebagai langkah tak perduli atau antipati terhadap kepemimpinan bangsa yang tentunya berhubungan erat dengan masa depan bangsa negara “.
Sisi positifnya bagi masyarakat dengan mundurnya Syahganda dari KAMI, Syahganda telah menunjukan konsistensi dalam berpolitik, sekaligus memberikan pelajaran politik kepada publik, bahwa siapapun individu, atau kelompok, apapun jabatannya, jika bersikap netral dalam menentukan Calon Bakal Presiden RI. 2024. ” harus segera ditinggalkan, karena kawan yang netral bukan sahabat yang dapat diandalkan dan tidak dapat dibanggakan, melainkan sulit dipercaya. Karena memilih prinsip tidak mau peduli kepada nasib bangsa dan negaranya sendiri, serta tidak mau berpartisipasi. Pantas jika disimpulkan, yang berdiri diam diantara hak dan batil adalah BATIL “.